Sebagaimana bagian tubuh yang lain, hati juga dapat merasakan sakit. Bukan hanya penyakit secara fisik, tetapi juga penyakit “hati” yang bersifat ruh. Milati, gadis yatim piatu yang menjadi pengasuh di Yayasan Panti Asuhan dan Pesantren Anak Manba’ul Ulum, juga terjangkit penyakit “hati” ketika perjumpaannya dengan Misas, putra dari sang Kyai pemilik pesantren, menimbulkan desir-desir dalam kalbunya. Muncullah penyakit “hati” yang menggerogoti sosok insan dengan mengatasnamakan cinta. Tidak dipungkiri bahwasanya cinta adalah setitik rahmat dan kasih sayangNya, tetapi ketika setan mulai menyelisip di dalamnya tak ayal cinta pun menjelma sebentuk ujian untuk kembali mempertanyakan seberapa besar cinta kepadaNya mengalahkan cinta pada makhlukNya. Dan Milati merasakan ujian cinta mulai menyesakkan jiwanya.
Sulit mengobati penyakit “hati” berbentuk cinta yang seringkali membutakan korbannya, yang ternyata justru memiliki pengaruh yang lebih destruktif dibandingkan penyakit fisik. Misas, lelaki lulusan universitas Yaman mendapat ujian ketaqwaan dari dahsyatnya virus yang melanda hatinya. Berbeda dengan Milati yang lebih bisa mengendalikan hatinya, Misas cenderung reaktif dengan melontarkan SMS-SMS bernada rindu bahkan mengambil keputusan yang berujung dengan terkaparnya Misas di kamar sebuah rumah sakit. Cinta yang melontarkan zalzalah bagi jiwanya.
Ujian demi ujian diberikan sang Penguasa demi melihat tingkat ketaqwaan hambaNya. Amarah Misas terhadap kemunafikan Milati membuatnya mengambil keputusan dengan membuka gerbang pernikahan bersama wanita lain. Akhirnya, Misas menyetujui perjodohannya dengan Hurin. Namun, gadis yang juga seorang hafidzoh ini memiliki cacat yang membuatnya kesulitan untuk menjalankan kewajibannya sebagai istri. Kebutaan yang didapat Hurin sedari kecil menyulitkannya untuk melakukan keseharian, hingga sekali lagi Allah menguji kedua umatNya yang pernah ditautkan asmara, dengan kembali menempatkan Milati dalam satu atap dengan tambatan hatinya.
Di antara cinta segitiga yang dipenuhi dengan metafora, penulis menyelipkan juga perasaan Syaqip terhadap Milati. Sekali lagi lewat cerita Milati dan Syaqib, kita diingatkan bahwa persahabatan lawan jenis tidak lah pernah berjalan dengan mulus dan tulus, karena perasaan kerap menjadi lebih berkuasa. Hal inilah yang menimpa Syaqip, pria yang telah menemani Milati sejak kecil hingga beranjak dewasa. Syaqib, pria yang telah menjadi sahabat Milati harus terus menenangkan gejolak hatinya lewat munajabnya di setiap malam.
Cinta. Zalzalah. Ikhlas.
Ketiga unsur inilah yang menjadi pembangun kokoh dalam buku yang hampir keseluruhannya berkisah tentang kemelut cinta. Namun di samping itu, penulis juga memberikan gambaran tentang kehidupan dan keseharian dalam dunia pesantren yang tidak melulu diliputi keseriusan tetapi juga menguak keisengan dan kenakalan bocah-bocah penghuni setiap barak.
Banyak kelebihan tetapi juga tidak membuatnya luput dari segala kelemahan. Begitu juga yang terjadi dalam buku berjudul Zalzalah, Biarkan Cinta Sampai Pada Akhirnya. Bahasa puitis yang bertebaran dalam buku terbitan Semesta ini memang membuat cerita menjadi lebih indah dan romantis, hanya saja kebiasaan ini sering membuat penulis melebar ke luar topik. Selain itu juga penulis kerap lepas kontrol dengan memberlakukan kalimat puitisnya kepada sebagian besar lakon, sehingga karakter tokoh sulit untuk dibedakan.
Manusia adalah makhluk yang tak akan pernah luput dengan masalah. Semakin tinggi tingkat ketaqwaan seseorang, maka bentuk ujian yang didatangkan oleh-Nya pun semakin berat. Bersenjatakan ikhlas dan sabar lah setiap insan pasti akan mampu melewati segala ujian-Nya yang tak ayal merupakan bentuk dari kasih sayangNya.
Judul : Zalzalah, Biarkan Cinta Sampai Pada Akhirnya
Penulis : Mashdar Z
Penyunting : Farid Ikhsan Asbani
Penerbit : Semesta
Tahun : 2009
Genre : Romantis
Tebal : 325 halaman
ISBN : 979-25-7412-3
kunjungi : http://wisata-buku.com
Sulit mengobati penyakit “hati” berbentuk cinta yang seringkali membutakan korbannya, yang ternyata justru memiliki pengaruh yang lebih destruktif dibandingkan penyakit fisik. Misas, lelaki lulusan universitas Yaman mendapat ujian ketaqwaan dari dahsyatnya virus yang melanda hatinya. Berbeda dengan Milati yang lebih bisa mengendalikan hatinya, Misas cenderung reaktif dengan melontarkan SMS-SMS bernada rindu bahkan mengambil keputusan yang berujung dengan terkaparnya Misas di kamar sebuah rumah sakit. Cinta yang melontarkan zalzalah bagi jiwanya.
Ujian demi ujian diberikan sang Penguasa demi melihat tingkat ketaqwaan hambaNya. Amarah Misas terhadap kemunafikan Milati membuatnya mengambil keputusan dengan membuka gerbang pernikahan bersama wanita lain. Akhirnya, Misas menyetujui perjodohannya dengan Hurin. Namun, gadis yang juga seorang hafidzoh ini memiliki cacat yang membuatnya kesulitan untuk menjalankan kewajibannya sebagai istri. Kebutaan yang didapat Hurin sedari kecil menyulitkannya untuk melakukan keseharian, hingga sekali lagi Allah menguji kedua umatNya yang pernah ditautkan asmara, dengan kembali menempatkan Milati dalam satu atap dengan tambatan hatinya.
Di antara cinta segitiga yang dipenuhi dengan metafora, penulis menyelipkan juga perasaan Syaqip terhadap Milati. Sekali lagi lewat cerita Milati dan Syaqib, kita diingatkan bahwa persahabatan lawan jenis tidak lah pernah berjalan dengan mulus dan tulus, karena perasaan kerap menjadi lebih berkuasa. Hal inilah yang menimpa Syaqip, pria yang telah menemani Milati sejak kecil hingga beranjak dewasa. Syaqib, pria yang telah menjadi sahabat Milati harus terus menenangkan gejolak hatinya lewat munajabnya di setiap malam.
Cinta. Zalzalah. Ikhlas.
Ketiga unsur inilah yang menjadi pembangun kokoh dalam buku yang hampir keseluruhannya berkisah tentang kemelut cinta. Namun di samping itu, penulis juga memberikan gambaran tentang kehidupan dan keseharian dalam dunia pesantren yang tidak melulu diliputi keseriusan tetapi juga menguak keisengan dan kenakalan bocah-bocah penghuni setiap barak.
Banyak kelebihan tetapi juga tidak membuatnya luput dari segala kelemahan. Begitu juga yang terjadi dalam buku berjudul Zalzalah, Biarkan Cinta Sampai Pada Akhirnya. Bahasa puitis yang bertebaran dalam buku terbitan Semesta ini memang membuat cerita menjadi lebih indah dan romantis, hanya saja kebiasaan ini sering membuat penulis melebar ke luar topik. Selain itu juga penulis kerap lepas kontrol dengan memberlakukan kalimat puitisnya kepada sebagian besar lakon, sehingga karakter tokoh sulit untuk dibedakan.
Manusia adalah makhluk yang tak akan pernah luput dengan masalah. Semakin tinggi tingkat ketaqwaan seseorang, maka bentuk ujian yang didatangkan oleh-Nya pun semakin berat. Bersenjatakan ikhlas dan sabar lah setiap insan pasti akan mampu melewati segala ujian-Nya yang tak ayal merupakan bentuk dari kasih sayangNya.
Judul : Zalzalah, Biarkan Cinta Sampai Pada Akhirnya
Penulis : Mashdar Z
Penyunting : Farid Ikhsan Asbani
Penerbit : Semesta
Tahun : 2009
Genre : Romantis
Tebal : 325 halaman
ISBN : 979-25-7412-3
kunjungi : http://wisata-buku.com
0 comments:
Post a Comment