Judul: Yang Tersimpan di Sudut Hati
Penulis: Ade Anita
Penerbit: Quanta
Cetak: 2013
Tebal: 440 halaman
ISBN: 9786020221120
Harga: Rp. 43.840 (di www.parcelbuku.net)
Ulasan Buku:
"Sepatutnya memang tidak perlu menyesali sesuatu yang telah diturunkan lewat sebuah takdir. Terus menerus mengasihani diri sendiri hanya karena tertimpa takdir yang tidak dikehendaki akan membuat seseorang buta untuk melihat rezeki dan karunia lain yang diturunkan bersamaan dengan takdir tersebut" (h. 51)
Tidak ada satu kejadian pun di muka bumi ini, di luar kendali Allah swt. Keyakinan yang begitu besar akan kekuasaan Sang Pelindung inilah yang membuat keluarga Aslam menjalani kehidupannya dengan penuh rasa syukur. Meski kondisi Aslam yang buta sebelah dan pincang, serta istrinya, Mak Pinah, yang mengalami kelumpuhan, mereka memiliki putra-putri yang soleh solehah. Solasfiana, Isfahan, dan Marsyapati, tiga bersaudara yang begitu membanggakan orangtuanya.
Kesabaran dan rasa syukur pun tetap bersemanyam dalam diri mereka meski saudara lain dalam rumah panggung kerap memandang sebelah mata. Namun, ujian hadir kala Sang Ayah, Aslam, menghembuskan nafas terakhir ketika bersama putranya, meraih rezeki. Tak berhenti di situ, menyusul kematian Nek Nang Basyumi dan para tetangga yang mencetuskan isu santet. Keluarga Mak Pinah yang tidak tahu menahu, dituduh melakukannya dan diusir dari kampung. Tak jelas akan ke mana, tak ada saudara yang dapat dijadikan tumpuan, Mak Pinah dan anak-anaknya terus berdoa mengharap pertolongan-Nya dan ketetapan takdirnya yang selalu memiliki makna.
"Isfahan benar, Fiana juga benar. Memang ada kalanya kita menunggu, tapi ada kalanya bertindak dahulu adalah lebih baik ketimbang menunggu. Tapi, selain dari dua ini, ada yang namanya takdir dari Allah. Kuasa Allah lah yang membuat kita tergerak untuk mengambil keputusan menunggu atau bertindak. Apa alasan Allah hingga menggerakkan kita untuk melakukan sesuatu itu? Hanya Allah yang tahu. Pasti ada sesuatu yang dalam perhitungan Allah lebih baik jika kita diberikan takdir itu." (h. 382)
Pertama, acungan jempol untuk desain sampulnya yang cantik, menyenangkan untuk dipandang. Alur cerita bergerak maju, meski sesekali ada flashback, tujuannya lebih kepada memperkuat/menjelaskan kejadian. Kisah cinta remaja antara Solasfiana dan Sofyan, membuat cerita tak melulu terasa pahit, ada sisi manis dalam alur cerita yang memberi senyum meski di kemudian hari, kisah mereka tak berjalan mulus.
Latar cerita yang bertempat di Palembang cukup terasa melalui deskripsi Sungai Musi, rumah panggung, sampan, hutan belantara, adat istiadat, dan mitos-mitos yang terselip sepanjang alur. Tapi, akan semakin kental jika penulis lebih banyak menggunakan bahasa daerah dalam dialog-dialog. Apalagi mengingat wilayah Palembang yang diambil adalah pedalaman, penggunaan bahasa daerah biasanya lebih mendominasi, terutama oleh orang-orang tua.
Yang Tersimpan di Sudut Hati, sarat dengan pesan moral tentang keyakinan bahwa kesedihan/ujian yang datang, bukan untuk menjatuhkan seorang hamba, tetapi memperkuat dan menggiringnya menjadi sosok yang lebih baik. Meski kau terluka dan menangis, ingatlah cukuplah Allah menjadi Penolong dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.
Terima kasih banyak utk reviewnya. Ada lanjutannya kisah Solasfiana ini..yaitu di novel Lukisan Hati dari penerbit yg sama. Baca juga ya.
ReplyDelete